Selasa, 29 Desember 2015

Satu Tahun



Mengenai dia, yang selalu ada disaat saya butuh. Yang selalu siap disaat saya tiba-tiba ingin bercerita dari a-z. Dia yang selalu siap mendengarkan apa yang saya ceritakan. Apapun itu.


Seseorang yang sudah saya anggap seperti kaka, melebihi kaka kandung. Seseorang yang tidak segan untuk menampar saya dengan kata-katanya hingga membuat saya berfikir begitu keras. Entah dari sekian banyak lelaki yang saya kenal, saya sangat merasa nyaman membahas apa saja yang saya alami. Ketika saya berada di jalan buntu ataupun gelap, dia bagaikan pahlawan yang membuat saya keluar dari lingkup itu.


Perkenalan selama setahun ini yang ternyata membuat saya benar-benar merasa tidak ada yang sia-sia ketika kita berdua dipertemukan. “Neng, kamu teh ngga capek ?” Ketika saya terus menerus mengulang cerita yang intinya sama. “Kamu mau berputar-putar terus gimana sih, neng ?” Saat dia menanggapi apa yang saya sampaikan yang menurut dia saya hanya berputar-putar.


Dia yang paling tahu ketika saya harus berpura-pura bahwa saya baik-baik saja. Dia yang bahkan bisa membuat saya menangis terisak-isak, hanya karena saya sedang dilanda rasa rindu. Bahkan dia yang bisa membuat saya tertawa lepas ketika saya memang tidak ingin tertawa. Dia yang tidak pernah segan sama sekali untuk mengeluarkan kata-kata pedasnya yang seringkali membuat saya jengkel dengan sikapnya.


Terimakasih ka, sudah menjadi pendengar yang baik. Sudah menjadi kaka yang terkadang masih saja kamu mengingkari kalau kamu tidak mau dianggap lebih tua dari saya, padahal kenyataannya memang begitu. Yang bahkan rela mengangkat telfon disela-sela kerja hanya karena keisengan (adikmu) ini. Yang setia menemani disaat saya memang butuh teman ngobrol diwaktu luang. Yang tak pernah berhenti untuk memberikan semangat dan bahu ketika saya memang membutuhkannya. Yang terlihat sangat menyebalkan, padahal jauh dari kata menyebalkan kamu sebenarnya sangat peduli. Terimakasih... Terimakasih banyak, ka....


Nb: Btw, kamu masih punya utang janji ice creamnya sama aku loo ka !
*Sebenernya tulisan ini udah lama ada didalem folder materi blog saya, hanya saja terlalu sibuk mengedit tulisan yang lain dan akhirnya baru sempet dipost sekarang.*


-Agnes Viana Putri-
Tuesday, 29 Dec 2015
1:32AM

Senin, 28 Desember 2015

“Ada hati yang harus dijaga”



“Ada hati yang harus dijaga” ketika kita berdua mulai membicarakan mantan. Kenapa kita harus membahas masa lalu dengan seseorang yang membuat kita berjalan ke depan ? Kata-kata itu yang selalu saya ucapkan pada seseorang yang saat itu sedang menjalin komitmen dengan saya. Tetapi ketika semua sudah berakhir, kata-kata itulah yang dia pakai untuk menjaga perasaan tambatan hatinya yang sekarang. Lantas, untuk saat ini siapa yang bisa menjaga hati saya dari rasa sakit ketika mendengar cerita bahagiamu dengannya ? Yasudahlah, hubungan kita memang sudah berakhir. Sayapun turut bahagia mendengarmu bersama dengan seseorang yang bisa menggantikan saya. Ya, meskipun saya rasa ini terlalu cepat untukmu berpaling. Berbahagialah dengannya, doa sayapun akan selalu mengiringi setiap langkahmu.


Monday, 28 Dec 2015
2:58AM

Sabtu, 19 Desember 2015

:)



"Tetaplah disitu, tak perlu menjauh. Saya tahu bagaimana berjalan mundur."


-Sebuah kutipan yang menurut saya begitu (ngena) dihati-

Selasa, 15 Desember 2015

Kedai Kopi


“Seperti biasa... Macchiato Caramel, satu”
“Atas nama siapa ka?”
“Senja....”


Kemudian perempuan itu memilih view tempat duduk yang dirasanya nyaman sembari menyelesaikan deadline yang sudah semakin mendekat. Sambil menunggu pesanan yang sedang dibuat, perempuan itupun mulai membuka laptopnya yang memang setia dia bawa ketika sedang mampir ke kedai kopi. Sambil menunggu, sepertinya dia sedang mengamati beberapa sekelompok orang yang sedang bencengkrama. Di samping dia, ada beberapa sekelompok lelaki yang mungkin umurnya sekitar 25 tahunan. Ya, dia rasa mungkin seorang pegawai kantoran. Karena memang jam-jam segini, saatnya pegawai kantoran merasakan kebebasan dari sekelumit deadline yang ada.


“Ka senja....”


Pesanan pun sudah siap untuk dinikmati. Kopi hangat yang menjadi favorit senja setiap kali mampir ke kedai kopi disini. Aroma kopinya..... Dia selalu menikmati aroma kopinya sebelum akhirnya dia menyeruput kopi hangatnya. Entahlah, setiap kali dia menghirup aroma kopinya sebelum meminumnya seakan dia merasakan keadaan sedikit lebih tenang.


Sambil memulai mencari inspirasi apa yang harus dia kerjakan tiba-tiba sekelompok lelaki itu seolah-olah sedang membicarakan sesuatu yang nampaknya membuat senja menjadi penasaran.


A: “Coba kau lihat perempuan yang memakai kemeja biru nampak sangat cantik, bukan?”
B: “Ahh, kau ini. Cantik memang, tapi sayang badannya tidak cukup sexy dan menarik. Coba kau tengok perempuan yang menggunakan mini dress merah itu. Sexy sekali kan badannya.”
A: “Sexy sih memang, tapi kan dia tidak cantik seperti pilihanku tadi”
C: “Kalian ini, selalu saja yang dibahas masalah perempuan....”
A: “Tentulah, daripada kami membahas masalah pekerjaan. Bikin pusing saja.”
B: “Kau ini, sesekalilah tengok perempuan yang memang bisa membuatmu lebih santai dan tidak kaku.”


....................................................


Jadi? Kalau dari pembicaraan yang saya dengar tadi. Sepertinya perempuan hanya menjadi bahan penyegaran mata saja? Kenapa dengan perempuan yang tidak terlihat sexy? Apa ada yang salah? Ahh, sudahlah.. Percakapan bodoh dan tak bermutu itu membuat saya semakin kesal menanggapi lelaki hidung belang macam itu. Ternyata lelaki masih saja sama. Menganggap badan perempuan itu sebagai pemikat yang utama.

Senin, 14 Desember 2015

Stitches

"I thought that I've been hurt before. But no one's ever left me quite this sore. Your words cut deeper than a knife, Now I need someone to breathe me back to life"


12 Desember 2015
00:03